Jumat, 12 November 2010

AKIBAT MENGAMBIL UANG IBU Rp 150,00

Sahabat ... (saya mendapatkan cerita ini dari sahabat saya, semoga bermanfaat) Ada satu kisah yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya: Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya. Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta. Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya. Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.” “Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?” “Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.” “Berapa harganya dok?” “Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.” “Satu hari berapa kali suntik dok?” “Sehari 3 kali suntik.” “Berarti sehari 36 juta dok?” “Iya pak Jamil.” “Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.” “Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.” “Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari” “Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi. “Iya dok.” Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh, “Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.” Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-. Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan. Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya, “Assalamu’alaikum Ma…” “Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya. “Bagaimana kabarnya Ma ?” “Ibu baik-baik saja Mil.” “Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?” “Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-. “Belum sembuh Ma.” “Yang sabar ya Mil.” Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?” “Yang mana Mil ?” “Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?” Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya) “Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati), “Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. ...rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT.... SAKIT... SAKIT rasanya.” Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?” “Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.” Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak, “Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….” Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana, “Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.” “Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?” “Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu Mil.” “Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?” “Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.” “Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.” “Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.” Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata, “Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.” “Apa dok?” “Infeksi prankreas.” Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.” Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.” Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.” Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.” Sahabat Hikmah... Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam : "Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim) "Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang penguasa yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, 'Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera." (HR. Attirmidzi) Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa: Bila kita seorang anak: * Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka akan membuat murka Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita. * Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul. Bila kita sebagai orang tua: * Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya. * Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka. Semoga bermanfaat dan bisa mengambil HIKMAH.. KAMAL, Imam

Sabtu, 06 November 2010

Karena Panik

Cerita ini saya dapatkan dari seorang teman satu kost-an semasa SMU dulu. Waktu itu, saya belum bisa menafsirkan apa maksud dari cerita teman saya yang terkenal jenaka. Sekarang, saya baru bisa menafsirkan makna dibalik cerita tersebut. Kurang lebih seperti ini ceritanya : Seorang pekerja bangunan yang sedang mengecat di lantai 4, tiba-tiba dikagetkan dengan seorang yang datang tergopoh-gopoh mendatanginya. “Karyo, Mina anakmu tertabrak di ujung jalan !” Karena panik, pekerja tersebut memutuskan untuk loncat dari jendela lantai 4, apalagi dibawah gedung terdapat kolam yang cukup dalam, begitu pikirnya. Melewati lantai 3, ia baru ingat bahwa ia tidak punya anak yang bernama Mina. Melewati lantai 2, ia baru ingat bahwa ia tidak punya anak. Dan melewati lantai 1, ia baru ingat bahwa ia belum menikah. Byuurrrrr. Begitu mendarat di air, ia baru ingat bahwa namanya bukan Karyo, tapi Naryo. Sahabat, PANIK. Kata ini bisa membuat orang bisa melakukan sesuatu yang fatal dalam hidupnya. Panik membuat seseorang membuat keputusan tanpa berpikir panjang. Orang panik sering kali melakukan hal yang bodoh yang tidak mungkin dilakukannya jika dalam keadaan tenang. Pelajar yang panik ketika ujian, akan lupa segala hal yang ia pelajari semalam, maka wajar jika akhir-akhir ini banyak pelajar yang tidak lulus ujian di sekolahnya. Orang tua yang panik bisa marah-marah ke anak tanpa alasan yang jelas, bahkan ada yang sampai melukai anaknya karena kepanikan yang tidak terkendali. Pengusaha yang panik ketika bisnisnya ada yang “menduplikasi” atau “mengintai” strategi bisnisnya, bisa mengeluarkan keputusan yang bodoh sehingga merugikan semua yang terlibat dalam usaha bisnisnya. Karena itu, jangan mengambil keputusan ketika Anda panik. Tenangkan terlebih dulu diri Anda. Kendalikan emosi dengan segera. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghindari atau mengurangi kepanikan yang bisa saja terjadi dalam hidup Anda, yaitu : 1. Tarik nafas yang panjang, sampai Anda merasa tenang. 2. Duduk tenang dengan terus bernafas secara teratur (bisa juga dengan mengangkat tangan seperti Anda sedang berolah-raga). 3. Jangan melihat ke cermin, karena bisa menambah kepanikan (kecuali jika Anda bisa melihat wajah panik lucu Anda, hihihihihi) 4. Tenangkan diri Anda dengan afirmasi diri melalui nasehat-nasehat pribadi. Misal, “Tenang-tenang. You can do it, put your self together.” 5. Lakukan pengalihan dengan mengunyah sesuatu, seperti apel atau buah lainnya (jangan hilangkan dengan ngemil, nanti paniknya hilang, muncul kepanikan yang lain karena berat badan Anda bertambah, hehehehehe) 6. Segera berwudhu atau cuci mika, ini juga bisa mengurangi ketegangan, kepanikan, atau kemarahan. 7. Hubungi orang yang Anda percaya kepadanya, sehingga dapat memberikan kejernihan pikiran. Jangan bercerita kepanikan kepada orang yang juga panikan, karena dua orang yang panik, itu akan lebih berbahaya. Nah, jika Anda sudah melewati langkah-langkah di atas, Anda baru boleh membuat suatu keputusan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan kejernihan hati dan pikiran. Pernahkah Anda panik dan salah mengambil keputusan selama ini ??? SuksesBahagia !!! KAMAL, Imam

Injury Time

(Selama Masih Ada Waktu, Masih Ada Harapan) Dalam dunia sepak bola, kita mengenal istilah injury time atau perpanjangan waktu. Pemain dan pelatih selalu mengoptimalkan kesempatan untuk menambah pundi-pundi gol, meskipun hanya 1 menit waktu yang diberikan wasit. Semua memiliki keyakinan mental, bahwa sebelum peluit panjang ditiup, mereka bisa mengubah keadaan dari kalah selisih gol menjadi menang atau minimal seri. Kita lihat pada pertandingan di piala dunia antara Amerika versus Aljazair (pada saat babak penyisihan grup). Sampai menit ke 90 kedudukan masih imbang tanpa gol. Namun disaat injury time, Amerika mampu menciptakan gol dan mengubah kedudukan menjadi 1-0, sehingga keluar sebagai pemenang. Pertandingan lainnya adalah antara Slovakia versus Selandia Baru. Di menit 90 Slovakia memimpin dengan kedudukan 1-0. Dan dimasa injury time, Selandia Baru mampu menciptakan gol sehingga kedudukan menjadi imbang 1-1. Kehidupan-pun tidak jauh berbeda dengan sepak bola. Selama masih ada waktu, di sana masih ada harapan untuk bengkit melakukan sesuatu yang lebih fantastic. Berapa kali Anda boleh gagal? Sekali, dua kali, atau tiga kali? Kalau berbicara hukum, maka hanya punya kesempatan sekali saja. Artinya ketika Anda melakukan kriminalitas, walau hanya sekali, maka Anda akan dimasukkan ke penjara. Kalau bicara dunia kerja, biasanya Anda hanya punya kesempatan tiga kali. Artinya, jika sudah di SP 3, maka kemungkinan besar Anda akan di PHK. Tapi tidak dengan kehidupan. Selama masih ada waktu, masih ada harapan. Selama masih ada nafas, masih ada kesempatan. Sebagaimana disebutkan dalam agama, bahwa tanamlah biji kurma meskipun esok akan kiamat. Sungguh ini adalah kesempatan terbesar yang diberikan Tuhan kepada Saya dan Anda. Oleh karena itu, tidaklah pantas jika hanya sekali atau dua kali mendapatkan kegagalan hidup, seperti kegagalan berkarir, Anda kemudian “mengutuk” diri sebagai mahluk yang paling sengsara atau terdzolimi. Kita telah diberikan kesempurnaan oleh Tuhan dan semua manusia manusia memiliki kesempurnaan itu. Yang membedakan hanyalah ada manusia yang memiliki kesadaran diri yang bagus dan yang tidak memiliki kesadaran diri sama sekali. Manusia yang memiliki kesadaran diri akan mengotimalkan segala potensi untuk selalu melakukan yang terbaik selama hidupnya. Dia bukanlah kelompok manusia yang mudah menyerah dengan keadaan. Pahit dan getirnya kehidupan ia jadikan sebagai wahana untuk menempa diri menjadi lebih fantastic, keluar dari kebiasaan, keluar dari kenyamanan. Bahkan adakalanya ia mencari “sesuatu” yang bisa membuatnya bangkit. Inilah kelompok manusia pembuat peluang. Sebagai contoh kasus, ketika Anda dihadapkan pada masalah pekerjaan, misal di kasih surat peringatan (SP) oleh atasan dan kemudian di demosi pada level yang lebih rendah. Jika Anda adalah manusia yang memiliki kesadaran diri, makan Anda akan menyikapinya dengan bijaksana. Pertama Anda akan mengevaluasi diri, bukan mencari “kambing hitam”. Kedua, Anda akan berbuat lebih (bangkit lebih fantastic lagi). Karena Anda masih beruntung belum di PHK, artinya Anda masih diberi kesempatan untuk melakukan yang lebih. Ketiga, ketika Anda memang sudah tidak bisa lagi untuk berbuat lebih, maka Anda akan segera memutuskan apa yang harus dilakukan, dengan keyakinan mental bahwa akan ada yang lebih baik lagi dari keadaan sekarang. Artinya Anda memiliki keyakinan, selama masih hidup, masih ada kesempatan atau menciptakannya. Namun sebaliknya jika Anda bukanlah manusia yang memiliki kesadaran seperti di atas, yang terjadi adalah Anda mengutuk diri, menyalahkan orang lain atau system. Sementara itu Anda juga “berdiam” diri tanpa melakukan sesuatu yang lebih bermakna. Injury time, selama masih ada waktu maka masih ada harapan. Tingkatan kesadaran diri dengan mengetahui lebih potensi yang dimiliki dan tidak mengutuk diri serta menyalahkan orang lain ketika menghadapi tantangan hidup. Pemain bola tidak menyalahkan wasit yang hanya memberikan waktu tambahan 1 menit. Namun ia akan mengoptimalkan waktu yang 1 menit itu untuk berbuat fantastic, luar biasa. KAMAL,Imam SuksesBahagia

LAYANG – LAYANG

Mainan layang-layang selalu dibuat dari selembar kertas/plastik berkerangka tali atau benang sebagai pengendali. Dalam setiap permainan layang-layang, besar ataupun kecil, dengan berbagai model dan warna yang berbeda, tapi tetap mempunyai tujuan yang sama. Terbang ke angkasa, menggapai langit biru dan melayang-layang mewarnai angkasa. Setiap layang-layang yang terbang itu juga mempunyai karakter masing-masing. Demikian pula dengan manusia, selalu punya karakter, warna, bentuk dan ukuran yang tersendiri. Sehingga siapapun yang menyatakan diri sebagai ”manusia”, dari manapun asalnya, ia tetap mempunyai tujuan yang sama, MENGINGINKAN HIDUP BAHAGIA. Layang-layang, dari yang bentuknya sederhana sampai yang rumit sekalipun, untuk bisa terbang tinggi menjulang menghiasa angkasa, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu keseimbangan. Seimbang antara kiri dan kanan, antara kerangka dan sampulnya, antara kekuatan benang dengan ukuran dirinya. Dan tak terkecuali keseimbangan angin yang menghembuskan semilirnya. Demikian halnya dengan seorang manusia yang ingin terbang dengan baik dan sempurna, ia harus mampu menyeimbangkan diri dalam menapaki kehidupannya. Kesimbangan antara jiwa dan raga, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Tapi, untuk mencapai keseimbangan itu, layang-layang dirinya menempuh jalan yang bertahap dan berliku. Kerangkanya mesti diraut dan ditimbang, lalu dipotong jika ukurannya tidak sama. Demikian juga dengan kertas yang mesti ditempel halus, agar layang-layang tidak merasa keberatan badannya. Proses ini tentu membutuhkan kesabaran, keuletan, ketekunan dan ketelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sempurna. Kerangka layang-layang yang diraut dan ditimbang sedemikian rupa itu memberikan isyarat kepada kita agar kita tak menyepelekan hal-hal yang kelihatan sepele. Padahal kesepelean itu, sebenarnya sangat mempengaruhi hasil akhir dalam hidup kita. Karenanya, dalam tubuh kita, jiwa dan raga perlu diperkokoh, agar ketika kita mendapat angin cobaan yang datang menghantam, kita tak mudah patah ataupun turun menghujam jatuh ketanah ataupun putus kendali hingga tebal. Keakuratan dan kejelian itu, juga perlu kita perhatikan agar kita tidak menjadi layang-layang yang asal. Agar layang-layang yang buruk akan singit, berputar, miring, terbang tak karuan dan menghatam bumi dengan tidak baik. Karenanya kesabaranpun menjadi mutlak guna mendapatkan hasil sempurna. “Sungguh akan dibayar pahala orang-orang yang sabar dengan tanpa batas hitungan.” (Az-Zumar:10) Sedangkan sampul layang-layang menunjukan bahwa kita harus bisa memakai sampul untuk menunjukan identitas diri kita ditengah masyarakat. Baik itu pakaian, perilaku, akhlak dan semua kerangka hubungan sosial dimasyarakat lainnya. Tunjukan sampul yang baik, indah, sedap dipandang mata, hingga orang lain yang melihat tidak takut dan justru menjauh. Dan ketika layang-layang telah terbang menuju angkasa, tali yang kuat dan kokoh akan mendukung layang-layang sebagai kendali. Seorang manusia, ketika mulai berkibar dan berikrar harus bisa menggunakan tali yang kuat dan baik, yang membuatnya terkontrol, tidak cepat putus asa, yang akan membuatnya bisa menggapai langit. Tidak seperti layang-layang putus yang tak tentu arah dan jatuh ditempat yang asing karena kendali yang putus. By: KAMAL, Imam

Naik Kelas Setiap Hari

Tahun 2001 adalah awal tahun yang berat bagi saya. Tiga hari menginjak kelas 3 di SMU, ayah tercinta dipanggil Yang Maha Kuasa. Sontak, saya tertekan luar biasa. Saya hanyalah orang dari keluarga sederhana. Harta-pun pas-pasan. Sempat saya bingung bagaimana saya bisa melanjutkan sekolah di SMU, apalagi ketika tepikirkan untuk terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Wah, sesuatu yang mustahil buat saya pada waktu itu.
Dengan berbekal presetasi yang dimiliki, saya mencoba mengajukan bea-siswa ke beberapa lembaga pendidikan, dan setelah melewati proses yang panjang, alhamdulillah saya-pun dapat menyelesaikan sekolah SMU dengan nilai yang cukup memuaskan.
Satu masalah selesai. Timbul masalah baru bagi saya. Saya lulus seleksi mahasiswa IPB tanpa harus mengikuti tes SPMB. Saya lulus melalui jalur prestasi akademik. Namun yang terjadi adalah, saya (keluarga) tidak memiliki cukup uang untuk membiayai semua kebutuhan untuk kuliah di IPB, padahal saya sangat memimpikan untuk dapat kuliah di IPB.
Akhirnya saya-pun mengikuti SPMB (tentu dengan kekecewaan). Alhamdulillah lulus, meskipun bukan di universitas favorit. Berbekal keuletan dan kegigihan, akhirnya saya-pun dapat menyelesaikan studi di kuliahan.
Sahabat SuksesBahagia,
Saya meyakini betul bahwa, setiap masalah yang hadir dalam kehidupan kita pasti mengandung makna. Untuk itulah, dalam setiap menghadapi masalah, selalu hadir pertanyaan dalam benak saya : makna apa yang bersembunyi di balik kejadian ini? Aspek mana yang harus diperbaiki dari diri ini atas kejadian yang menimpa? Bermodalkan dua pertanyaan ini, sering kali kegiatan mengurut dada sambil menarik nafas pajang dalam-dalam menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Tentu bukan tempatnya jika kemudian saya menceritakan secara detail setiap permasalahan yang saya hadapi sejak tahun 2001, sampai-sampai saya membuat kesimpulan bahwa tahun 2001 adalah awal tahun yang berat bagi saya. Yang jelas, saya selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan menghadirkan masalah, saya dituntut untuk bisa menghadapinya, dan Tuhan memang telah memberikan jalan keluarnya.
Ada seorang ibu dari teman Sekolah Dasar saya pernah menuturkan sesuatu yang sangat berharga buat saya. Sang ibu memberikan petuah, kehidupan sebenarnya adalah sekolah kearifan yang peling berguna. Sama dengan sekolah yang sebenarnya, ia juga menyimpan banyak PR. Setiap kali sebuah PR selesai, pasti akan disusul oleh PR yang lain. Susul-menyusul PR yang datang itulah ciri sekolah kehidupan yang amat dikagumi oleh ibu sahabat saya. Luar biasa gunanya buat saya, terutama dikala sedang mendapat tindihan masalah yang menggunung.
Dibagian lain petuahnya, sang ibu bertutur lebih apik lagi. Ketika persoalan, tantangan, atau godaan itu datang, itu berarti masa ulangan umum menjelang kenaikan kelas atau kelulusan akan datang. Ini berarti, dibalik kesulitan yang menggunung, bersembunyi kemungkinan untuk naik ke kelas yang lebih tinggi. Bayangkan, kapan saya bisa naik kelas, kalau setiap kali ada persoalan hidup mau lari?
Kedua petuah bijak ini, jujur mengingatkan saya kembali, betapa seringnya saya kehilangan kesempatan untuk naik kelas dalam kehidupan, dan betapa banyaknya PR yang saya tinggalkan.
Bercermin dari pengalaman ini, mungkin akan ada banyak gunanya bila membayangkan teru-menerus kehidupan seperti sekolah. Masalah yang datang adalah PR. Godaan dan tantangan yang lebih berat biasanya adalah sebentuk ulangan umum. Bedanya, penilai dan pengujinya adalah Tuhan. Apakah kita akan dikatakan manusia yang lulus oleh Tuhan atau tidak. Kalau kita ingin lulus dihadapan Tuhan, maka kita harus rajin belajar, belajar tentang kehidupan. Mudah kedengarannya, mudah di ucapkan, diperlukan kesabaran, ketekunan untuk maju terus dalam mencoba. Semoga kita bisa naik kelas atau lulus setiap hari.



KAMAL, Imam
Adapted from Gede Prama

JIKA SUDAH MEMULAI, PADAMKAN KEMUNGKINAN UNTUK KEMBALI (Bakar Jembatan)

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya pulang dari Cilacap, saya mampir di Kadungora-Garut, karena kebetulan ada sahabat disana. Sekitar ba’da Maghrib, saya bersama sahabat tersebut melanjutkan perjalanan ke Bandung. Dengan tujuan untuk menemukan suasana yang baru, kami memutuskan ketika ke Bandung akan melewati jalur Cijapati – Majalaya (dan memang kebetulan waktu itu jalur Nagrek juga macet). Medan Cijapati – Majalaya sangan menantang. Tanjakan-tanjakan yang terlewati kemiringannya mendekati 70 0 dari garis horizontal. Sehingga banyak beberapa mobil elf yang harus di ganjal setiap satu meter berjalan karena khawatir akan turun lagi ke bawah dan menimpa kendaraan dibelakangnya. Kami juga sebenarnya cukup was-was.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 km, tiba-tiba ban belakang motor yang kami tumpangi bocor. Kami sangat panik. Karena saat itu kami berada di sekitar hutan. Kami bingung, akan terus melanjutkan perjalanan dengan ban yang bocor, atau kembali ke awal dengan jalan menurun dan curam, sambil mencari tukang tambal ban.
Akhirnya, kami memutuskan untuk tetap meneruskan perjalanan dengan (tentunya) mendorong motor dalam kondisi jalan yang menanjak dan di kanan-kiri hutan dengan harapan akan menemukan tukang tambal ban, daripada harus kembali ke belakang dengan satu ingatan bahwa sepanjang jalan yang terlewati, tidak terlihat ada tukang tambal ban.
Hampir satu jam kami mendorong motor dengan beban yang sangat berat. Jalan menanjak, ban bocor. Lama juga kami menemukan tukang tambal ban. Dan akhirnya setelah hampir dua jam, kami menemukan tukang tambal ban. Kami pun bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman, hingga sampai ke Bandung.


Sahabat,,,
Hikmah dari sepenggal kisah di atas adalah JIKA SUDAH MEMULAI SESUATU (tentu dengan pertimbangan yang matang) kita harus MEMADAMKAN KEMUNGKINAN UNTUK KEMBALI. Kembali ke jalan awal adalah pantangan, kecuali jika mengalami hal-hal yang memang di luar kekuasan manusia. Hal ini seperti yang disebutkan oleh Isabel Moore, ”Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapapun perubahan rute Anda lakukan, tidak satupun akan membawa Anda kembali. Begitu Anda menerima dan mengetahui hal itu, kehidupan akan tampak lebih sederhana.”
Perjalanan menuju sukses kerap kali dihantui oleh kekhawatiran, sehingga terkadang membuat kita ingin kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang selalu dilewati. Hal ini pula yang membuat banyak orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilan, hanya karena takut gagal, takut tidak menemukan kebahagiaan, dan beberapa ketakutan-ketakutan lainnya yang sebenarnya sangat tidak berasalan.
Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntun kita pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran. Jadi, ketakutan atau kekhawatiran yang tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan kekhawatiran yang baru. Ingat, orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa.
Sahabat,,,
Kekhawatiran yang saya alami ketika menempuh perjalanan Cijapati – Majalaya dengan kondisi ban bocor, saya sikapi dengan sebuah harapan bahwa di depan pasti menemukan tukang tambal ban. Setidaknya kalaupun kami saya tidak menemukanya, maka secara otomatis saya akan semakin mendekati tujuan (Majalaya) daripada saya harus kembali kebelakang, yang ada adalah saya akan semakin jauh dari tujuan akhir saya (Majalaya). Begitu juga saya membuang jauh-jauh ”daya tarik” untuk menyalahkan diri saya dengan mengatakan ”seandainya tidak lewat jalur ini, maka....” Merupakan pantangan besar bagi saya. Oleh karena itu, janganlah kita meratapi diri kita sengan sebuah penyesalan. Penyesalan adalah buah dari jeratan iblis agar kita terjebak dalam pemikiran yang stagnan. Bebaskan diri kita dari ”penyesalan-penyesalan” yang hanya akan menghambat laju perjalanan kita menuju kesuksesan.
Sahabat,,,
Ban motor saya yang bocor adalah ujian dalam mencapai tujuan. Tataplah tujuan akhirmu (visi hidup) dengan yakin penuh percaya diri. Tuhan akan selalu membimbing kita, selama kita menyandarkan semua kepada-Nya. Kisah saya mengingatkan akan sebuah illustrasi tentang seseorang yang menyeberang jembatan gantung (seperti yang dikisahkan oleh Parlindungan Marpaung dalam bukunya ”Setengah Isi, Setengah Kosong”). Begitu ia sampai di seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan tersebut, sehingga kalaupun ia berhadapan dengan binatang buas atau apapun yang membahayakannya, ia tidak akan kembali, tetapi terus menghadapinya. Kalaupun terlalu berat, paling merubah rute yang baru.
Mari kita ”membakar jembatan” kita, yaitu segala sesuatu yang membuat kita kembali dan surut untuk maju. Yang penting bukan dari mana kita memulai, melainkan di mana kita akan berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya.
Sahabat,,,
Laa tahzan, innallaha ma ana ... Jangan bersedih (khawatir), sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa bersama kita.
Wallahu’alambisshawab...




By: KAMAL, Imam

AKU MAKIN INDAH HARI INI


AKU MAKIN INDAH HARI INI

Aku makin indah hari ini……….
Tahukah kalian??? Sungguh aku makin indah hari ini. Labih indah dari hari kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. Coba lihat!!
DAHI-ku tidak lagi berkerut  oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu.
BIBIR-ku tidak lagi mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin.
MUKA-ku tidak lagi tertekuk penuh beban dan ke-BeTe-an seperti waktu-waktu yang lalu.
TUBUH-ku tidak lagi lesu karena keputus-asaan dan kehilangan harapan.
Sungguh!! Aku makin indah hari ini.
Coba perhatikan ...............
MATA-ku bersinar-sinar oleh kegembiraan.
BIBIR-ku merekah lebar oleh senyum ketulusan.
PIPI-ku merona merah oleh semangat pengharapan.
URAT-URAT WAJAH-ku santai memancarkan aura kepasrahan.
Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri.
Sungguh!! Indahnya aku hari ini.
Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari, dan menyanyi, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalhan memengaruhi suasana hati. Ah, betapa indahnya aku hari ini.
Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan mema’afkan semua kesalahan saudara-saudaraku. Dan itu membuat aku semakin indah hari ini.
Sudah seminggu aku berderma pada sesama, ah, sungguh aku indah sekali hari ini.
Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri nikmat dan karunia dari Illahi. Dan kini kurasakan Tuhan menambahi nikmat itu dengan menjadikanku indah sekali hari ini.

Sahabat,
Ada kala-nya kita membenci diri sendiri.
Ada kala-nya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan atau kerjakan.
Ada kala-nya kita melakukan kesalahan.
Ada kala-nya kita terpuruk dalam kepedihan.
Ada kala-nya kita tenggelam dalam kesedihan.
Ada kala-nya kita tidak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita harapkan atau bayangkan.
Ada kala-nya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan.

Sahabat,
Hingga sikap kita-pun terbawa oleh perasaan.
Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan.
Tindakan yang dilakukan-pun merupakan reaksi spontan.
Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam.
Dan tahukan dikau wahai sahabat???
Semua itu akan menyebabkanpenampilan dan tampang kita menjadi semakin buruk saja.
Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa sulit dengan elegan.
Saat kita berhasil menaklukan musibah dan hambatan penyebab kesedihan.
Hidup tidaklah sejalan seperti apa yang kita inginkan. Karena itu, melewati saat-saat yang sangat tidak menyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan.

Sahabat,
Sesungguhnya, manusia terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat kesalahan atau kegagalan, karena hakikatnya mereka itu tidak pernah melakukan apa-apa. Namun manusia yang terbaik adalah mereka yagn tiap kali mendapatkan kesalahan dan kegagalan, mereka dengan segera akan bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi.

Sahabat,
Per-INDAH-kanlah hari-harimu, agar kita sama-sama terlihat INDAH, seperti aku saat ini.


Posted by: imam kamal